Sholat merupakan salah satu ibadah paling penting dalam
Islam. Di mana setidaknya dilaksanakan lima kali dalam sehari sejak pagi hingga
malam hari.
Secara esensi, sholat merupakan sebuah do’a yang dialamatkan
kepada Allah S.W.T. (Ahmad, 2012). Dari berdiri takbiratul ihram hingga duduk salam
dipenuhi dengan do’a dan pujian kepada Allah S.W.T.. Dibalik itu, sholat
menyimpan berbagai filosofi yang menggambarkan kehidupan manusia.
Ada yang menarik dalam sholat. Setiap perubahan gerakan
diucapkan takbir – Allah(u) Akbar, yang artinya Allah Maha Besar, kecuali saat i’tidal. Kita mengawali sholat dengan takbiratul ihram, Allah(u) Akbar. Berdiri ke ruku’, berdiri ke sujud, sujud ke duduk, sujud ke berdiri, duduk ke berdiri, semuanya dibarengi dengan Allah(u) Akbar. Banyak sekali Allah(u) Akbar dalam sholat.
diucapkan takbir – Allah(u) Akbar, yang artinya Allah Maha Besar, kecuali saat i’tidal. Kita mengawali sholat dengan takbiratul ihram, Allah(u) Akbar. Berdiri ke ruku’, berdiri ke sujud, sujud ke duduk, sujud ke berdiri, duduk ke berdiri, semuanya dibarengi dengan Allah(u) Akbar. Banyak sekali Allah(u) Akbar dalam sholat.
Mengapa terdapat banyak Allah(u) Akbar di dalam sholat?
Jawabannya adalah supaya kita selalu ingat bahwa hanya Allah S.W.T. yang Maha
Besar.
Berdiri dimaknai sebagai keadaan ketika seseorang sedang
berjaya, berada pada posisi yang tinggi, di atas angin. Sedangkan dalam keadaan
itu, seseorang sangat mudah tergelincir sehingga timbul rasa takabur, berlaku
sewenang-wenang, bahkan hingga menindas (jika lebih parah). Dalam posisi
berdiri ini kita diingatkan untuk Allah(u) Akbar. Kita ingat bahwa biarpun
keadaan kita dalam kejayaan, tidak berhak rasanya untuk merasa takabur, di atas
kita masih ada sosok yang lebih jaya, yaitu Allah S.W.T. yang Maha Besar.
Lalu suatu saat keadaan kita jatuh, lebih rendah. Posisi
yang awalnya berdiri, kini lebih rendah. Yaitu ruku’. Dalam posisi ini, kita
tidak boleh khawatir dan berkecil hati. Karena kita memiliki Allah S.W.T. yang
Maha Besar. Allah(u) Akbar.
Bahkan terkadang kita berada pada keadaan yang
serendah-rendahnya. Kehidupan duniawi dipenuhi penderitaan (jika parah),
keterpurukan, dan sebagainya. Ini dilambangkan oleh sujud. Dalam posisi ini,
kita tidak perlu takut, tidak perlu bersedih hati, justru keadaan inilah Allah
S.W.T. begitu dekat dengan hambanya. Sesuai dengan hadis berikut (Anonim, 2017),
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقْرَبُ مَا يَكُونُ
الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Rabb-nya adalah dalam keadaan dia sujud, maka perbanyaklah doa". (H.R. Muslim)
Dalam kerendahan ini, ketenangan akan diperoleh karena ingat
bahwa Allah S.W.T yang Maha Besar selalu ada di sisi kita. Allah(u) Akbar.
Kemudian tiba saatnya kita bangkit dari keterpurukan.
Allah(u) Akbar, bangun dari sujud sampai duduk. Kita ingat, bukanlah dengan
kekuatan dan kemampuan kita sendiri yang merubah keterpurukan itu. Allah(u) Akbar. Semua itu
tidak lain melainkan karunia dari tangan Allah S.W.T. yang Maha Besar.
Belum bangkit dan memperoleh kenyamanan, bisa jadi keadaan
menjadi terpuruk lagi. Ini adalah cobaan yang diberikan oleh Allah S.W.T.. Allah(u) Akbar, kita harus selalu ingat bahwa hanya dengan bersandar kepada
Allah S.W.T. yang Maha Besar-lah kita pasti bisa melewati ujian ini.
Setelah itu ketika kita benar-benar bangkit, dari keadaan
serendah-rendahnya sampai keadaan setinggi-tingginya, kita pun kan selalu ingat, Allah(u) Akbar, bahwa hanya Allah S.W.T.-lah yang memberikan kekuatan kepada kita sehingga bisa
berdiri dengan tegap.
Jadi, dalam keadaan apapun, baik itu sedang dalam posisi di
atas, menengah, terpuruk, tetap harus ingat bahwa hanya Allah S.W.T. yang Maha
Besar. Kita diingatkan hanya Dia-lah yang mengatur semua ini, sehingga kita kan
berlaku dengan rendah hati dalam setiap langkah kita menjalani kehidupan ini. Allah(u) Akbar.
Said Ahmad, 9 Agustus 2018
Referensi :
- Ahmad, G., 2012, Ajaranku, Jemaat Ahmadiyah Indonesia.
- Anonim, 2017, Kapan Waktu Berdo’a?, https://almanhaj.or.id/2050-kapan-waktu-berdoa.html, diakses pada 9 Agustus 2018.
- Mln. Bilal Ahmad Bonyan
No comments:
Post a Comment