Peradaban manusia tengah berkembang dan semakin maju. Namun, saat ini peradaban itu ternyata tidak menjamin kemajuan akhlak manusia. Kita bisa melihatnya melalui angka kejahatan yang dapat dianggap sebagai akhlak terburuk yang ada dalam masyarakat. Badan Pusat Statistik menyatakan jumlah kejahatan pada 2015 mencapai 352.936. Bahkan tiga tahun terakhir menunjukkan kurva kenaikan.
Dalam kehidupan sehari-hari, keadaan akhlak tersebut dapat kita saksikan secara nyata. Berbicara kotor misalnya, merebak di sekitar kita. Memandang sesuatu yang tidak senonoh, begitu mudahnya sehingga memerlukan perjuangan keras untuk menjauhinya. Apalagi saat ini informasi sangat mudah
diakses melalui internet. Konten-konten yang baik maupun buruk untuk akhlak tersedia di dalamnya. Lingkungan kita dikelilingi oleh godaan-godaan yang dapat merusak akhlak.Islam dan kesempurnaan akhlak
Rasulullah s.a.w. membawa Islam untuk menyempurnakan akhlak. Sebagaimana sabdanya :
اِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأ ُتَمِّمَا مَكَارِمَ اْلأَحْلاَ قِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (H.R. Ahmad)
Tugas ini tidak hanya dilaksanakan oleh Rasulullah s.a.w., tetapi juga oleh umatnya. Seorang muslim melaksanakan tugas ini dimulai dari dirinya sendiri. Dengan demikian, menjadi tugas seorang muslim terhadap dirinya untuk berusaha menyempurnakan akhlaknya.
Menurut Ahmad, terdapat tiga perkembangan keadaan akhlak manusia untuk menuju kesempurnaan akhlak, yaitu :
- Keadaan thabi’i
Keadaan thabi’i merupakan pembawaan alami dimana melangkahnya manusia ke arah pelanggaran dan keburukan adalah suatu keadaan yang secara alami menguasai dirinya.
- Keadaan akhlaki
Keadaan akhlaki merupakan keadaan bagi jiwa tatkala di dalam dirinya telah terhimpun akhlak fadhilah dan ia sudah jera dari kedurhakaan, akan tetapi belum mampu menguasai diri sepenuhnya.
- Keadaan rohani
Inilah martabat dimana jiwa manusai memperolah keselamatan/kebebasan dari segala kelamahan/keburukan, lalu dipenuhi oleh kekuatan rohaniah dan sedemikian melekat jadi satu dengan Allah Ta’ala. Jiwa manusia tak henti-hentinya mengalir dan menjurus ke arah Tuhan.
Muhasabah (mawas diri)
Dalam usaha menuju kesempurnaan akhlak, diperlukan upaya yang gigih. Biarpun selalu belajar ilmu agama, mendengarkan nasihat pak ustaz, namun mengamalkan ajaran kebaikan tidaklah mudah. Terutama dalam hal menjaga akhlak di tengah-tengah dahsyatnya godaan dunia.
Islam merupakan agama yang sempurna. Sampai-sampai mengajarkan pula cara untuk menjaga kebaikan setiap hari. Muhasabah merupakan jalan hijrah umat Islam. Hijrah dari keadaan sebelumnya menuju keadaan di masa yang akan datang yang lebih baik. Diriwayatkan dari Maimun bin Mihran,
لَا يَكُونُ العَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ
“Hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya” (H.R. Tirmidzi).
Sarana jitu muhasabah
Terdapat dua sarana yang dapat digunakan untuk muhasabah. Keduanya dirasa ampuh karena berada di dalam aktivitas sehari-hari umat Islam. Yaitu :
1. Shalat dengan mengerti bacaan
Shalat merupakan ibadah yang sangat pokok bagi umat Islam. Tidak sekedar dari shalat yang dilakukan dengan dawam dapat diperoleh manfaat istimewa. Shalat dapat memberikan faedah yang lebih ketika melaksanakannya dengan mengerti bacaannya. Mari kita simak ayat berikut :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَىٰ حَتَّىٰ تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamu mengetahui apa yang kamu ucapkan...” (Q.S. An-Nisa : 43)
Ayat ini menyampaikan sebuah perintah supaya mengerti apa yang diucapkan ketika melaksanakan shalat. Seorang ulama pernah menyatakan, “Untuk orang-orang yang tidak mengerti bahasa arab hendaklah ia menghadirkan makna setiap kalimat yang dibaca dalam pikirannya. Dengan melaksanakannya demikian, maka tawajuh (pemusatan perhatian) akan ditegakkan secara sempurna. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempelajari arti bacaan shalat.”
Shalat dengan mengerti bacaan memiliki peran sebagai sarana muhasabah karena di dalam shalat terdapat berbagai macam doa yang salah satunya ialah :
رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَارْفَعْنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ وَاعْفُ عَنِّيْ
“Ya Tuhan, ampunilah aku, kasihanilah aku, perbaikilah aku, angkatlah (derajatku), berilah aku rizki, berilah aku petunjuk, berilah aku kesehatan, dan maafkanlah aku.”
Doa ini merupakan doa evaluasi diri atas hal-hal di masa lampau dan perbaikan diri untuk masa yang akan datang. Sedangkan masa sekarang menurut doa ini ialah ketika membaca doa tersebut, yang merupakan saat muhasabah. Kata-kata ampunilah aku dan maafkanlah aku adalah doa evaluasi. Selanjutnya, kata-kata kasihanilah aku, perbaikilah aku, dan seterusnya merupakan doa perbaikan diri.
Apabila doa ini khususnya dan shalat umumnya dikerjakan dengan tawajuh dengan menghadirkan makna kalimatnya, maka proses muhasabah dilaksanakan dalam shalat. Hebatnya, ini dilaksanakan setidaknya lima kali dalam sehari. Merupakan karunia yang luar biasa bagi seorang muslim diberikan sarana untuk bisa mengintrospeksi diri lima kali dalam sehari.
2. Muhasabah khusus menjelang tidur malam
Sarana ini terinspirasi dari riwayat seorang sahabat yang dikatakan oleh Rasulullah s.a.w. sebagai calon penghuni surga yang kemudian ditelusuri oleh sahabat lainnya. Ternyata yang membuat ia disebut calon penghuni surga oleh Rasulullah s.a.w. adalah kebiasaannya menjelang tidur merenungkan apa yang dilakukannya, memaafkan orang lain, dan mendoakan orang yang telah menzaliminya dengan doa-doa yang baik.
Pada siang hari, orang-orang sibuk dengan berbagai macam urusan. Sehingga sangat sulit untuk bisa merenung dan mengintrospeksi diri, mengingat apa saja yang telah dilakukannya, memikirkan apa yang harus diperbaiki dan dilakukannya kemudian. Maka waktu yang tepat adalah malam hari menjelang tidur. Karena saat tersebut adalah waktu relaksasi tubuh dan pikiran. Sehingga permenungan tepat dilakukan pada waktu tersebut.
Kesediaan untuk melakukan permenungan akan membuat kepekaan seseorang semakin terasah. Implikasinya, pola pikir dan sikap orang tersebut akan bermuara pada usaha untuk memberikan yang terbaik dalam hidup dan kehidupan ini. Dan salah satu hal yang terbentuk adalah karakter semakin hari semakin baik yang merupakan ciri khas seorang muslim sejati. Seperti yang disebutkan dalam hadis bahwa, “Barangsiapa yang harinya lebih baik dari sebelumnya, maka ia telah beruntung, barangsiapa harinya sama seperti sebelumnya, maka ia telah merugi, dan barangsiapa yang harinya lebih buruk dari sebelumnya, maka ia termasuk orang yang celaka.”
Ayo kita hijrah
Apapun ilmu yang kita peroleh, apabila tidak dilaksanakan oleh diri kita, maka tidak akan terwujud perubahan sedikit pun. Allah ta’ala berfirman,
إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم
“Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum sampai mereka mengubahnya sendiri.” (Al-Ra`d 11)
Oleh karena itu, ayo kita hijrah dengan selalu muhasabah setiap hari, menjaga diri dari godaan lingkungan, menjadi lebih baik untuk hari esok, dan berjalan menuju tingkat keadaan ruhani. Betapa indahnya mereka yang memiliki akhlak luhur dalam peradaban manusia yang maju. Biarpun manusia merupakan makhluk yang lemah, namun betapa beruntungnya mereka yang dinaungi ajaran agama dengan mengevaluasi diri untuk berbuat yang tepat dan mengoreksi diri sehingga memiliki akhlak yang diridhai Allah.
Referensi :
- Anonim, 2014, Al Qur’an dengan Terjemahan dan Tafsir Singkat Bahasa Indonesia, edisi 5, Neratja Press, Jakarta.
- Ahmad M. G., 2008, Filsafat Ajaran Islam, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Bogor.
- Ahmad H. M. B. M., 2013, Dzikir Ilahi, edisi 2, Neratja Press, Jakarta.
- Badan Pusat Statistik, 2016, Statistik Kriminal 2016, Badan Pusat Statistik, Jakarta.
- Mahmudah, 2014, Pengembangan Kreativitas Pendidikan Islam di Indonesia, Jurnal Kependidikan, 2, 1, 52-70.
- Riafariana, 2015, Pintu Surga itu Bernama Memaafkan Orang Lain, http://www.voa-islam.com/read/smart-teen/2015/08/15/38607/pintu-surga-itu-bernama-memaafkan-orang-lain, diakses pada 6 Agustus 2017.
- Wahyudi A., 2012, Introspeksi Diri, Akhlak yang Terlupa, https://muslim.or.id/8067-introspeksi-diri-akhlak-yang-terlupa.html, diakses pada 4 Agustus 2017.
Beberapa referensi dapat diakses di sini
No comments:
Post a Comment