Monday, August 28, 2017

Visualisasi Sains

Indonesia merupakan negara yang memiliki aset berharga yang sangat berlimpah. Tidak hanya sumber daya alamnya, namun juga sumber daya manusianya. Menurut sensus tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia mencapai 237 juta jiwa.

Secara kuantitas, jumlah tersebut amat tinggi. Idealnya, aset tersebut harus memiliki kualitas yang tinggi pula. Sebagaimana yang dikutip dari UNESCO Science Report 2010, kunci kejayaan suatu bangsa atau negara dalam era globalisasi terletak pada
kualitas sumber daya manusia yang menguasai sains.

Dengan meninjau pernyataan tersebut, kita bisa mengetahui bahwa Indonesia belum cukup jaya hingga saat ini karena kualitas sumber daya manusia yang menguasai sains masih rendah. Menurut Sari (2012), rendahnya penguasaan sains di Indonesia dapat dilihat dari kesenjangan kemajuan sains dunia dengan dunia pendidikan sains Indonesia. Pembelajaran sains belum diajarkan sebagaimana mestinya (Sari, 2012).


Kualitas Pembelajaran Sains Lemah


Pembelajaran sains di sekolah banyak mengajarkan pengetahuan, tetapi proses sains tidak pernah atau jarang diperlihatkan sehingga terputus antara sains dengan kehidupan sehari-hari siswa (Fensham, 2008). Kondisi tersebut menandakan lemahnya kualitas pembelajaran sains kita. Pembelajaran sains seperti itu cenderung membuat peserta didik hanya mempelajari sains sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum.

Hal lain yang memperparah kondisi ini adalah penemuan yang menunjukkan bahwa tema literasi sains yang paling banyak muncul pada buku ajar yang dianalisis adalah pengetahuan sains yakni sebesar 82%, penyelidikan hakikat sains sebesar 2%, sains sebagai cara berpikir sebesar 8% serta interaksi sains, teknologi dan masyarakat sebesar 8% (Sari, 2012). Dampaknya, merupakan kenyataan umum dalam pendidikan sains yaitu banyak peserta didik yang kurang menyukai bidang kajian sains, sehingga mereka tak berminat menjadi  ilmuwan atau ahli teknologi (Sari, 2012).

Kemajuan Komunikasi Visual

Hingga saat ini, ilmu pengetahuan tentang komunikasi visual telah berkembang. Kajian lebih dalam tentang hal ini memberikan suatu kenyataan bahwa ternyata media komunikasi visual, yakni objek 2D (gambar) dan 3D, tidak hanya berperan sebagai objek untuk menjelaskan tetapi juga sebagai objek yang mampu merangsang dan menarik perhatian sehingga menimbulkan keinginan untuk segera mengetahui isi lebih dalam (Hartanto, 2001). Selain itu gambar dapat dengan mudah dipahami, hal ini karena potensi gambar yang dapat menjelaskan arti lebih luas daripada kata-kata (Hartanto, 2001).

Melihat ada suatu kelebihan tersebut, media komunikasi visual dapat digunakan untuk visualisasi sains. Lihat saja, anak-anak maupun peserta didik lebih tertarik melihat gambar maupun objek visual lainnya daripada membaca suatu tulisan. Potensi ini harus bisa dimanfaatkan untuk menjelaskan dan meningkatkan pemahaman peserta didik tentang proses sains dalam pembelajaran sains.

Visualisasi Sains


Proses sains yang biasanya tertuang dalam media komunikasi verbal (tulisan) dirasa perlu juga untuk dituangkan dalam media komunikasi non-verbal. Dengan memanfaatkan kekuatan visual, sains dapat dipelajari dengan lebih nyata. Sehingga peserta didik tidak perlu banyak membayangkan akan sesuatu.

Ada dua media pembelajaran yang dirasa ampuh untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sains. Dengan bertumpu pada kekuatan visual, media pembelajaran ini dapat menjadi andalan dalam proses pembelajaran sains. Oleh karena itu, penting kiranya dua media ini untuk ditingkatkan pengadaannya. Yaitu :

  • Peningkatan Pengadaan Alat Peraga


Alat peraga digunakan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap sains yang dipelajari. Biasanya dipakai untuk materi-materi yang cukup sederhana. Ini merupakaan hal yang penting, karena konsep-konsep dasar sains perlu dijelaskan dan dipahami oleh peserta didik untuk menopang materi-materi dalam level yang lebih tinggi. 

Suatu penelitian di suatu SMA di Semarang oleh Oktriany dkk. (2015) menyebutkan, alat peraga merupakan faktor yang cukup mempengaruhi pembelajaran oleh peserta didik. Selama alat peraga banyak yang rusak, mutu lulusannya menjadi lebih rendah. Sehingga pihak sekolah perlu memperbaiki atau membeli alat peraga baru. Sebaliknya, dalam penelitian Siswanto (2015) menyebutkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat peraga meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Aktivitas dalam pengerjaan LKS siklus I 65% meningkat menjadi 77%, pembahasan LKS pada siklus I 67% meningkat menjadi 79%, hasil percobaan dan evaluasi meningkat sebesar 81%, sedangkan hasil belajar siswa pada siklus dengan prosentase 68 meningkat menjadi 80 pada siklus II dan mencapai ketuntasan secara maksimal.

  • Peningkatan Pengadaan Video Animasi Berkualitas


Kemajuan lebih lanjut dalam ilmu komunikasi visual ialah audiovisual. Suatu ide atau gagasan dituangkan ke dalam sebuah video. Audiovisual memiliki kelebihan dibandingkan dengan visual belaka karena mampu menyajikan nuansa gerak dan bunyi (Hartanto, 2001). Sehingga apabila visual dan audio tersebut padu, akan mampu menjelaskan dan memberikan pemahaman dengan sangat baik tentang ide atau gagasan yang dibawa.

Video animasi dapat lebih berfungsi untuk mem-visualisasikan sains yang lebih rumit yang sulit divisualisasikan melalui alat peraga. Misalnya di dalam pelajaran fisika SMA. Sebuah video animasi menyajikan proses peluruhan radioaktif sesuai dengan model dan konsep yang ada di dalam buku.

Mengenai video animasi, terdapat juga hasil penelitian bahwa ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan media animasi terhadap hasil belajar dan motivasi belajar. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar dan motivasi belajar siswa yang diajarkan dengan media animasi lebih tinggi daripada hasil belajar dan motivasi belajar siswa yang diajarkan dengan media powerpoint (Sukiyasa dan Sukoco, 2013).

Saatnya Beraksi untuk Indonesia


Dua media pembelajaran tersebut terbilang kecil untuk bisa meningkatkan kualitas pendidikan sains secara total. Akan tetapi, media tersebut dirasa mampu menciptakan perubahan dalam pembelajaran sains apabila dilaksanakan oleh seluruh pelaku pendidikan. Perubahan ini diharapkan mampu membawa Indonesia menuju SDGs poin 4.1 yang mengatakan bahwa semua peserta didik bisa menyelesaikan pendidikan yang berkualitas dan memperoleh hasil pembelajaran yang efektif dan relevan.

Saatnya beraksi untuk Indonesia. Seluruh warga Indonesia dapat mengambil peran untuk memperbaiki pembelajaran sains sebagai upaya pembangunan negeri yang berkelanjutan. Dengan modal aset berharga dan berlimpah ini, mari kita membangun SDM yang berkualitas untuk kejayaan bangsa Indonesia.

see the video : https://youtu.be/dTvZ2bfn-Y4 

Referensi :

  1. Brito L., Schneegans S., dan Colautti S., 2010, UNESCO Science Report 2010, edisi 2, UNESCO Publishing, Paris.
  2. Division for Sustainable Development Department of Economic and Social Affairs, Sustainable Development Goal 4, https://sustainabledevelopment.un.org/sdg4, diakses pada 24 Juli 2017.
  3. Fensham P. J., 2008, Science Education Policy-making, UNESCO Publishing, Paris.
  4. Hartanto D. D., 2001, Penggunaan Ilustrasi Sebagai Daya Tarik pada Iklan Media, Nirmana, 3, 1, 40-48.
  5. Na’im A. dan Syaputra H., 2011, Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia, Badan Pusat Statistik, Jakarta.
  6. Oktriany W. H., Triastuti R., dan Prajoko Y. S., 2015, Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Menggunakan Diagram Ishikawa di SMA Negeri 1 Suruh, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis UNS, 7 November 2015, 1-8.
  7. Sari M., 2012, Usaha Mengatasi Problematika Pendidikan Sains di Sekolah dan Perguruan Tinggi, Jurnal Al-Ta'lim, 1, 1, 74-86.
  8. Siswanto, 2015, Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Alat Peraga Organ Tubuh Manusia pada Siswa Kelas V SDN Manggisan 01 Tanggul Kabupaten Jember, Pancaran, 4, 1, 129-140.
  9. Sukiyasa K. dan Sukoco, 2013, Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Materi Sistem Kelistrikan Otomotif, Jurnal Pendidikan Vokasi, 3, 1,  126-137.

No comments: