Saturday, January 31, 2015

Menulis untuk Indonesia

“Untuk apa sih menulis?” Itu merupakan pertanyaan yang seharusnya tidak lagi kita tanyakan. Kita seharusnya telah mengetahui manfaatnya dari itu. Kita dapat melihat manfaatnya secara jelas karena memang telah nyata betapa pentingnya membaca dan menulis tersebut. Dengan kedua hal tersebut kita dapat melihat hasil yang nyata.
 
Kita harus bangga, Indonesia sudah melahirkan penulis-penulis hebat dari angkatan 45 hingga sekarang. Dan karya-karyanya pun sungguh hebat. Namun tetap saja, Indonesia masih dalam status kekurangan penulis dan buku. Faktanya, dari 260 juta penduduk,
Indonesia hanya mampu menerbitkan 8 ribu judul buku per tahun. Masih jauh dari negara tetangga kita yaitu Malaysia yang penduduknya hanya sebanyak 30 juta jiwa, mampu menerbitkan 15 ribu judul buku pertahun. Sangat jelas kita kekurangan penulis dan buku.

Kenyataannya, saat ini orang-orang lebih mau dan banyak menghabiskan waktunya untuk memuaskan dirinya melalui kegiatan-kegiatan seperti bermain gadget-gadget, menonton acara televisi, pergi ke mall, dll.

Banyak hal yang menyebabkan orang-orang tidak memiliki kemauan untuk menulis. Ada sebuah pandangan, bahwa menulis merupakan pekerjaan yang hanya dapat dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keterampilan istimewa. Bisa jadi ini adalah salah satu penyebabnya. Hendaknya pandangan ini dibuang jauh-jauh. Menulis itu pekerjaan yang sangat mudah. Walaupun kita bukanlah orang-orang yang ditakdirkan untuk menjadi penulis terkenal, menulis bukan pekerjaan yang hanya diperuntukkan bagi penulis terkenal. Tidak ada salahnya kita untuk mencobanya.

Orang-orang minder beranggapan, “walaupun menulis, tetap saja tidak terkenal.” Jangan dilihat dari terkenal/tidaknya, namun manfaatnya. Sekalipun seperti itu, kita juga masih bisa mempublikasikan karya-karya kita melalui media-media pendukung yang ada sekarang seperti blogger, wordpress, dll.

Sebelum menulis, mutlak hukumnya untuk membaca. Bagaimana kita dapat mengeluarkan sesuatu jika kita tidak pernah memasukkan sesuatu-pun? Sudah pasti seorang penulis juga membaca sangat banyak buku. Pikirkan saja secara logika, kita diberi dua buah mata yang keduanya kita gunakan untuk membaca, sedangkan dari kedua tangan yang kita punya, secara umum hanya satu tangan yang biasa kita gunakan untuk menulis. Apa lagi maksudnya selain supaya kita lebih banyak membaca? Orang yang telah banyak menulis, pasti sudah lebih banyak membaca.

Mengenai membaca, memang saat ini sudah banyak yang mau banyak membaca. Namun tetap saja masih banyak juga orang yang tidak ada kemauan untuk membaca. Seharusnya membaca itu sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Karena kita pasti butuh ilmu & informasi.

Langkah awal untuk melakukan sesuatu adalah mau memulainya. Begitu pula menulis. Untuk bisa menulis, harus mau mulai menulis. Bagaimana mungkin seorang penulis menghasilkan karya tulisnya yang hebat jika ia tidak mau mulai menulis? Memang, memulai itu tidak harus banyak, tidak harus bagus, dan tidak harus hebat. Namun memulai itu suatu hal yang penting.
 
Setelah berhasil memulai, hal yang penting juga selanjutnya adalah konsisten. Hal ini sebenarnya sangat mudah dilakukan jika kita melakukannya secara bertahap. Sebagai contoh, kita mulai menulis hari ini, hanya 3 baris saja, keesokan harinya kita menulis lagi 3 baris lagi, terus dan terus tiap harinya. Suatu saat, menulis 3 baris itu menjadi hal yang kecil, sehingga hari selanjutnya kita mencoba untuk menulis lebih banyak lagi. Dan itu dilakukan terus menerus. Selain kita menjadi lebih terbiasa menulis, kualitas tulisan kita juga akan meningkat seiring terusnya kita menulis.

Permasalahan selanjutnya adalah waktu. Sebagian orang mengemukakan alasan tidak ada waktu untuk menulis. Sebenarnya sangat mudah untuk meluangkan waktu untuk menulis. Dari 24 jam, sesedikit-sedikitnya cukup 5 hingga 15 menit saja untuk menulis. Tidak perlu waktu banyak jika tidak mampu. Yang penting adalah konsisten. Karena akan percuma jika menulis banyak namun tidak konsisten.

Jadikanlah membaca & menulis sebagai hobi. Kegemaran terhadap hal-hal seperti inilah yang harus dikembangkan. Ketika seseorang senang melakukan sesuatu, ia akan menjaga untuk tetap melakukan hal itu setiap harinya.

Beruntung kita sekarang, banyak media yang sangat mendukung kita untuk menulis seperti blogger, wordpress, dll yang dapat kita manfaatkan.

Sebagai contoh adalah Raditya Dika. Awalnya ia menulis sebuah blog. Karena ia konsisten, tekun dalam menulis, akhirnya tulisannya mulai dikenal. Seiring berjalannya waktu, tulisannya semakin bagus dan akhirnya ia menjadi terkenal. Bagaimana seorang Raditya Dika bisa menjadi seperti itu? Ia tidak mungkin melakukan sesuatu selain banyak membaca, memulai, dan konsisten. Kita lihat sekarang, sudah berapa banyak bukunya? Bahkan sudah berapa buku yang ia baca?

Lagipula, menulis tidak ada ruginya sama sekali, hanya mencoba berfikir, kemudian tuangkan dalam sebuah kertas atau file. Justru akan sangat bermanfaat baik itu bagi diri kita maupun orang lain. Melalui tulisan, kita secara tidak langsung tengah menyebarkan ilmu atau pesan kepada orang lain. Karena ilmu atau pesan diikat dengan tulisan.

Tidak akan pernah rugi berbagi ilmu & pesan ke banyak orang, kecuali berjuta manfaat didalamnya. Dengan semakin banyak orang berbagi ilmu & pesan, maka yakinlah bahwa kemajuan akan semakin cepat dan murah. Dan sebaliknya, semakin kita “pelit” untuk berbagi ilmu & pesan maka sesungguhnya kita menjadi bagian dari orang-orang yang menunda bahkan menghambat percepatan dan kemajuan.

Sekali kita menulis, akan muncul lagi ide yang lain. Menulis adalah ajang untuk mengeluarkan ide. Secara tidak langsung pula, menulis membuat kita lebih kreatif. Buktikan saja.

Dengan menulis, juga dapat kita gunakan untuk menuangkan amarah kita menjadi alat komunikasi yang friendly. Misalnya, ketika seseorang ingin memarahi seseorang, ia tuangkan dalam tulisan dalam bentuk pantun atau puisi atau yang lainnya, dan ia berikan kepadanya. Maka orang itu akan lebih merasakan emosinya.

Itulah mengapa banyak event-event menulis di Internet. Tiada lain melainkan untuk mengajak orang-orang untuk banyak menulis.

Saat ini adalah zaman perang pena. Dapat dilihat saat ini banyak artikel & buku yang bermaksud menyangkal argumen-argumen orang lain. Sebagai contoh adalah buku Revelation, Rationality, Knowledge and Truth yang isinya menyangkal teori-teori dan argumen-argumen yang dikemukakan oleh Prof. Dawkin.

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya, seni, dan sastra. Sekali kita berkarya, itu telah menjadi suatu sumbangan besar untuk Indonesia, walaupun tampaknya kecil.

Bayangkan, jika setiap penduduk Indonesia menulis dan menghasilkan satu buku saja. Itu artinya penduduk Indonesia telah berwawasan dan berilmu luas. Karena pasti sudah membaca lebih banyak buku juga. Dan sastra Indonesia semakin berkembang dan maju. Indonesia menjadi lautan buku.

Jangan sampai sastra Indonesia berhenti. Cobalah kita kembangkan sastra Indonesia dengan terus menulis.

Said Ahmad 

No comments: