“Untuk apa sih menulis?” Itu merupakan pertanyaan yang seharusnya tidak
lagi kita tanyakan. Kita seharusnya telah mengetahui manfaatnya dari itu. Kita
dapat melihat manfaatnya secara jelas karena memang telah nyata betapa pentingnya
membaca dan menulis tersebut. Dengan kedua hal tersebut kita dapat melihat
hasil yang nyata.
Kita harus bangga, Indonesia sudah melahirkan penulis-penulis hebat dari
angkatan 45 hingga sekarang. Dan karya-karyanya pun sungguh hebat. Namun tetap saja,
Indonesia masih dalam status kekurangan penulis dan buku. Faktanya, dari 260
juta penduduk,
Indonesia hanya mampu menerbitkan 8 ribu judul buku per tahun. Masih jauh dari negara tetangga kita yaitu Malaysia yang penduduknya hanya sebanyak 30 juta jiwa, mampu menerbitkan 15 ribu judul buku pertahun. Sangat jelas kita kekurangan penulis dan buku.
Indonesia hanya mampu menerbitkan 8 ribu judul buku per tahun. Masih jauh dari negara tetangga kita yaitu Malaysia yang penduduknya hanya sebanyak 30 juta jiwa, mampu menerbitkan 15 ribu judul buku pertahun. Sangat jelas kita kekurangan penulis dan buku.
Kenyataannya, saat ini orang-orang lebih mau dan banyak menghabiskan
waktunya untuk memuaskan dirinya melalui kegiatan-kegiatan seperti bermain
gadget-gadget, menonton acara televisi, pergi ke mall, dll.
Banyak hal yang menyebabkan orang-orang tidak memiliki kemauan untuk
menulis. Ada sebuah pandangan, bahwa menulis merupakan pekerjaan yang hanya
dapat dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keterampilan istimewa. Bisa
jadi ini adalah salah satu penyebabnya. Hendaknya pandangan ini dibuang
jauh-jauh. Menulis itu pekerjaan yang sangat mudah. Walaupun kita bukanlah
orang-orang yang ditakdirkan untuk menjadi penulis terkenal, menulis bukan
pekerjaan yang hanya diperuntukkan bagi penulis terkenal. Tidak ada salahnya
kita untuk mencobanya.
Orang-orang minder beranggapan, “walaupun menulis, tetap saja tidak
terkenal.” Jangan dilihat dari terkenal/tidaknya, namun manfaatnya. Sekalipun
seperti itu, kita juga masih bisa mempublikasikan karya-karya kita melalui
media-media pendukung yang ada sekarang seperti blogger, wordpress, dll.
Sebelum menulis, mutlak hukumnya untuk membaca. Bagaimana kita dapat
mengeluarkan sesuatu jika kita tidak pernah memasukkan sesuatu-pun? Sudah pasti
seorang penulis juga membaca sangat banyak buku. Pikirkan saja secara logika,
kita diberi dua buah mata yang keduanya kita gunakan untuk membaca, sedangkan
dari kedua tangan yang kita punya, secara umum hanya satu tangan yang biasa
kita gunakan untuk menulis. Apa lagi maksudnya selain supaya kita lebih banyak
membaca? Orang yang telah banyak menulis, pasti sudah lebih banyak membaca.
Mengenai membaca, memang saat ini sudah banyak yang mau banyak membaca.
Namun tetap saja masih banyak juga orang yang tidak ada kemauan untuk membaca.
Seharusnya membaca itu sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Karena kita pasti
butuh ilmu & informasi.
Langkah awal untuk melakukan sesuatu adalah mau memulainya. Begitu pula
menulis. Untuk bisa menulis, harus mau mulai menulis. Bagaimana mungkin seorang
penulis menghasilkan karya tulisnya yang hebat jika ia tidak mau mulai menulis?
Memang, memulai itu tidak harus banyak, tidak harus bagus, dan tidak harus
hebat. Namun memulai itu suatu hal yang penting.
Setelah berhasil memulai, hal yang penting juga selanjutnya adalah
konsisten. Hal ini sebenarnya sangat mudah dilakukan jika kita melakukannya
secara bertahap. Sebagai contoh, kita mulai menulis hari ini, hanya 3 baris
saja, keesokan harinya kita menulis lagi 3 baris lagi, terus dan terus tiap
harinya. Suatu saat, menulis 3 baris itu menjadi hal yang kecil, sehingga hari
selanjutnya kita mencoba untuk menulis lebih banyak lagi. Dan itu dilakukan
terus menerus. Selain kita menjadi lebih terbiasa menulis, kualitas tulisan
kita juga akan meningkat seiring terusnya kita menulis.
Permasalahan selanjutnya adalah waktu. Sebagian orang mengemukakan alasan tidak
ada waktu untuk menulis. Sebenarnya sangat mudah untuk meluangkan waktu untuk
menulis. Dari 24 jam, sesedikit-sedikitnya cukup 5 hingga 15 menit saja untuk
menulis. Tidak perlu waktu banyak jika tidak mampu. Yang penting adalah
konsisten. Karena akan percuma jika menulis banyak namun tidak konsisten.
Jadikanlah membaca & menulis sebagai hobi. Kegemaran terhadap hal-hal
seperti inilah yang harus dikembangkan. Ketika seseorang senang melakukan
sesuatu, ia akan menjaga untuk tetap melakukan hal itu setiap harinya.
Beruntung kita sekarang, banyak media yang sangat mendukung kita untuk
menulis seperti blogger, wordpress, dll yang dapat kita manfaatkan.
Sebagai contoh adalah Raditya Dika. Awalnya ia menulis sebuah blog. Karena
ia konsisten, tekun dalam menulis, akhirnya tulisannya mulai dikenal. Seiring
berjalannya waktu, tulisannya semakin bagus dan akhirnya ia menjadi terkenal.
Bagaimana seorang Raditya Dika bisa menjadi seperti itu? Ia tidak mungkin
melakukan sesuatu selain banyak membaca, memulai, dan konsisten. Kita lihat sekarang,
sudah berapa banyak bukunya? Bahkan sudah berapa buku yang ia baca?
Lagipula, menulis tidak ada ruginya sama sekali, hanya mencoba berfikir,
kemudian tuangkan dalam sebuah kertas atau file. Justru akan sangat bermanfaat
baik itu bagi diri kita maupun orang lain. Melalui tulisan, kita secara tidak
langsung tengah menyebarkan ilmu atau pesan kepada orang lain. Karena ilmu atau
pesan diikat dengan tulisan.
Tidak
akan pernah rugi berbagi ilmu & pesan ke banyak orang, kecuali berjuta
manfaat didalamnya. Dengan semakin banyak orang berbagi ilmu & pesan, maka yakinlah bahwa kemajuan akan semakin cepat dan murah. Dan
sebaliknya, semakin kita “pelit” untuk berbagi ilmu & pesan maka
sesungguhnya kita menjadi bagian dari orang-orang yang menunda bahkan
menghambat percepatan dan kemajuan.
Sekali kita menulis, akan muncul lagi ide yang lain. Menulis adalah ajang
untuk mengeluarkan ide. Secara tidak langsung pula, menulis membuat kita lebih
kreatif. Buktikan saja.
Dengan menulis, juga dapat kita gunakan untuk menuangkan amarah kita
menjadi alat komunikasi yang friendly. Misalnya,
ketika seseorang ingin memarahi seseorang, ia tuangkan dalam tulisan dalam
bentuk pantun atau puisi atau yang lainnya, dan ia berikan kepadanya. Maka
orang itu akan lebih merasakan emosinya.
Itulah mengapa banyak event-event menulis di Internet. Tiada lain melainkan
untuk mengajak orang-orang untuk banyak menulis.
Saat ini adalah zaman perang pena. Dapat dilihat saat ini banyak artikel
& buku yang bermaksud menyangkal argumen-argumen orang lain. Sebagai contoh
adalah buku Revelation, Rationality, Knowledge and Truth yang isinya menyangkal
teori-teori dan argumen-argumen yang dikemukakan oleh Prof. Dawkin.
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya, seni, dan
sastra. Sekali kita berkarya, itu telah menjadi suatu sumbangan besar untuk
Indonesia, walaupun tampaknya kecil.
Bayangkan, jika setiap penduduk Indonesia menulis dan menghasilkan satu
buku saja. Itu artinya penduduk Indonesia telah berwawasan dan berilmu luas.
Karena pasti sudah membaca lebih banyak buku juga. Dan sastra Indonesia semakin
berkembang dan maju. Indonesia menjadi lautan buku.
Jangan sampai sastra
Indonesia berhenti. Cobalah kita kembangkan sastra Indonesia dengan terus
menulis.
Said Ahmad
No comments:
Post a Comment