Friday, December 19, 2014

Khaataman Nabiyyiin Terluruskan

Masih banyak orang kurang tepat dalam memahami Khaataman Nabiyyiin. Jika pemahaman ini terus diyakini, maka dunia ini akan seperti sebuah barang rusak yang tidak akan digunakan lagi oleh pemiliknya. Karena jika itu yang terjadi, berarti Allah tidak lagi memberikan perhatian-Nya kepada manusia; dan diutusnya nabi Muhammad s.a.w. menjadi percuma, dikarenakan tidak ada komunikasi antara Allah dan hamba-Nya.

Empat belas abad kurang manusia terjebak dalam pemahaman Khaataman Nabiyyiin yang kurang tepat. Mereka menganggap bahwa saat ini tidak akan ada lagi seorang nabi, nabi apapun itu. Nabi Muhammad telah wafat, pintu kenabian tertutup. Begitukah Allah membiarkan hamba-Nya tersesat? Mengapa? Karena orang-orang memahami Khaataman Nabiyyiin sebagai penutup para nabi.


Sungguh terlalu terburu-buru. Berikut ini ayat Al-Qur’an yang menyebutkan Khaataman Nabiyyiin, namun orang-orang kurang tepat dalam memahaminya :



Artinya :

“Muhammad bukanlah bapak salah seorang di antara kalian, akan tetapi ia adalah rasul Allah dan Khaataman Nabiyyiin. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Al-Ahzab : 40)

Itu adalah ayat andalan orang-orang untuk dijadikan dasar pemahaman mereka mengenai Khaataman Nabiyyiin. Lihatlah kata Khaatama pada ayat tersebut. Pada kata Khaatama terdapat huruf alif, berbeda dengan Khatama di dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 7 berikut :



Artinya :

“Allah telah mencap/mengunci hati mereka dan pendengaran mereka, dan pada penglihatan mereka ada tutupan, dan bagi mereka azab yang besar.

Memang, Khaatam berasal dari kata Khatama yang berarti : mematerai, mencap, mensahkan; dan arti kedua adalah : mencapai ujung benda itu, menutupi benda itu, melindungi dengan materai apapun. Maka Khaataman Nabiyyiin berarti : materai para nabi, yang paling baik & sempurna di antara nabi-nabi; dan arti kedua adalah : nabi terakhir. Lagi pula, jika Khaataman Nabiyyiin diartikan nabi terakhir maka akan terdengar tidak cocok dengan sejarah diturunkannya (asbabunnuzul) ayat tersebut (Q.S. Al-Ahzab : 40). Mengenai asbabunnuzul ayat tersebut dapat dibaca sendiri.

Banyak ayat di dalam Al-Qur’an yang ada hubungannya dengan Khaataman Nabiyyiin, namun disini hanya akan dikutip satu ayat lagi yang dengan jelas tertulis di dalam Al-Qur’an dan dapat meluruskan pemikiran yang kurang tepat mengenai Khaataman Nabiyyiin, yaitu :




Artinya :

“Allah memilih utusan-utusan-Nya dari malaikat dan dari manusia. Dan Allah Maha Mendengar Maha Melihat.” (Q.S. Al-Hajj : 75)

Yang menjadi kata kuncinya adalah yasthafii. Di dalam bahasa Arab, kata yasthafii merupakan fiil mudhori yang menunjukkan pekerjaan yang sedang atau akan dilaksanakan. Jika ini dijadikan kata yang menunjukkan pekerjaan yang telah berlalu, maka kata tersebut bukan lagi yasthafii, namun bentuk katanya menjadi fiil madhi dari yasthafii. Dari ayat tersebut telah jelas, bahwa Allah s.w.t. sedang atau akan senantiasa memilih utusan-utusan-Nya, yakni nabi-nabi. Maka, pintu wahyu dan kenabian masih tetap terbuka.

Permasalahnnya adalah nabi Muhammad s.a.w. adalah rasul yang paling sempurna dan Al-Qur’an adalah kitab yang paling sempurna. Orang-orang awam mungkin akan mengemukakan kesimpulan yang kurang tepat. Memang, walaupun telah diturunkan rasul & kitab yang paling sempurna, akan diturunkan lagi utusan-utusan-Nya sesuai dengan kondisi dan keperluan saat itu. Dan pastinya tidak akan melenceng dari rasul dan kitab yang sempurna itu, bahkan akan menghidupkan dan membenarkan ajarannya yang telah benar adanya.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda :

“Orang yang mencintai seseorang, tidak akan bisa hidup tanpa berbicara dengannya. Demikian pula Allah Ta’ala, seseorang yang Dia cintai, Dia tidak bisa tanpa berkata-kata dengan orang itu.

Ketika manusia mulai mencintai Allah dengan cara mengikuti Rasulullah s.a.w., maka Allah juga berkata-kata dengannya, dan menzahirkan kabar-kabar gaib kepada orang itu. Dalam hal itu dinamakan nubuwwat/kenabian.”

Itulah konsep Khaataman Nabiyyiin yang sebenarnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nabi Muhammad s.a.w. adalah nabi penutup syariat, dan setelah beliau pun akan terus ada yang namanya kenabian yang tidak akan melenceng dari beliau.

Jangan terburu-buru, dan berhati-hatilah! Tetaplah yakin bahwa Allah senantiasa beserta kita.


Reference :

Al-Qur’an
Tafsir singkat Al-Qur’an Jemaat Ahmadiyah Indonesia

Buku Malfuzat; kutipan sabda-sabda Hadhrat Masih Mau'ud a.s.

Said Ahmad

No comments: