Masih banyak
orang kurang tepat dalam memahami Khaataman
Nabiyyiin. Jika pemahaman ini terus diyakini, maka dunia ini akan seperti
sebuah barang rusak yang tidak akan digunakan lagi oleh pemiliknya. Karena jika
itu yang terjadi, berarti Allah tidak lagi memberikan perhatian-Nya kepada
manusia; dan diutusnya nabi Muhammad s.a.w. menjadi percuma, dikarenakan tidak
ada komunikasi antara Allah dan hamba-Nya.
Empat belas abad
kurang manusia terjebak dalam pemahaman Khaataman
Nabiyyiin yang kurang tepat. Mereka menganggap bahwa saat ini tidak akan
ada lagi seorang nabi, nabi apapun itu. Nabi Muhammad telah wafat, pintu
kenabian tertutup. Begitukah Allah membiarkan hamba-Nya tersesat? Mengapa?
Karena orang-orang memahami Khaataman
Nabiyyiin sebagai penutup para nabi.
Sungguh terlalu
terburu-buru. Berikut ini ayat Al-Qur’an yang menyebutkan Khaataman Nabiyyiin, namun orang-orang kurang tepat dalam
memahaminya :
Artinya :
“Muhammad
bukanlah bapak salah seorang di antara kalian, akan tetapi ia adalah rasul
Allah dan Khaataman Nabiyyiin. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(Q.S. Al-Ahzab : 40)
Itu adalah ayat
andalan orang-orang untuk dijadikan dasar pemahaman mereka mengenai Khaataman Nabiyyiin. Lihatlah kata Khaatama pada ayat tersebut. Pada kata Khaatama terdapat huruf alif, berbeda
dengan Khatama di dalam Q.S.
Al-Baqarah ayat 7 berikut :
Artinya :
“Allah telah
mencap/mengunci hati mereka dan
pendengaran mereka, dan pada penglihatan mereka ada tutupan, dan bagi mereka
azab yang besar.”
Memang, Khaatam berasal dari kata Khatama yang berarti : mematerai,
mencap, mensahkan; dan arti kedua adalah : mencapai ujung benda itu, menutupi
benda itu, melindungi dengan materai apapun. Maka Khaataman Nabiyyiin berarti : materai para nabi, yang paling baik
& sempurna di antara nabi-nabi; dan arti kedua adalah : nabi terakhir. Lagi
pula, jika Khaataman Nabiyyiin diartikan
nabi terakhir maka akan terdengar tidak cocok dengan sejarah diturunkannya (asbabunnuzul) ayat tersebut (Q.S.
Al-Ahzab : 40). Mengenai asbabunnuzul
ayat tersebut dapat dibaca sendiri.
Banyak ayat di
dalam Al-Qur’an yang ada hubungannya dengan Khaataman
Nabiyyiin, namun disini hanya akan dikutip satu ayat lagi yang dengan jelas
tertulis di dalam Al-Qur’an dan dapat meluruskan pemikiran yang kurang tepat
mengenai Khaataman Nabiyyiin, yaitu :
Artinya :
“Allah memilih
utusan-utusan-Nya dari malaikat dan dari manusia. Dan Allah Maha Mendengar Maha Melihat.” (Q.S. Al-Hajj : 75)
Yang menjadi kata
kuncinya adalah yasthafii. Di dalam
bahasa Arab, kata yasthafii merupakan
fiil mudhori yang menunjukkan
pekerjaan yang sedang atau akan dilaksanakan. Jika ini dijadikan kata yang
menunjukkan pekerjaan yang telah berlalu, maka kata tersebut bukan lagi yasthafii, namun bentuk katanya menjadi fiil madhi dari yasthafii. Dari ayat tersebut telah jelas, bahwa Allah s.w.t.
sedang atau akan senantiasa memilih utusan-utusan-Nya, yakni nabi-nabi. Maka,
pintu wahyu dan kenabian masih tetap terbuka.
Permasalahnnya
adalah nabi Muhammad s.a.w. adalah rasul yang paling sempurna dan Al-Qur’an
adalah kitab yang paling sempurna. Orang-orang awam mungkin akan mengemukakan
kesimpulan yang kurang tepat. Memang, walaupun telah diturunkan rasul &
kitab yang paling sempurna, akan diturunkan lagi utusan-utusan-Nya sesuai
dengan kondisi dan keperluan saat itu. Dan pastinya tidak akan melenceng dari
rasul dan kitab yang sempurna itu, bahkan akan menghidupkan dan membenarkan
ajarannya yang telah benar adanya.
Hadhrat Masih
Mau’ud a.s. bersabda :
“Orang yang
mencintai seseorang, tidak akan bisa hidup tanpa berbicara dengannya. Demikian
pula Allah Ta’ala, seseorang yang Dia cintai, Dia tidak bisa tanpa berkata-kata
dengan orang itu.
Ketika manusia
mulai mencintai Allah dengan cara mengikuti Rasulullah s.a.w., maka Allah juga
berkata-kata dengannya, dan menzahirkan kabar-kabar gaib kepada orang itu.
Dalam hal itu dinamakan nubuwwat/kenabian.”
Itulah konsep Khaataman Nabiyyiin yang sebenarnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa nabi Muhammad s.a.w. adalah nabi penutup syariat,
dan setelah beliau pun akan terus ada yang namanya kenabian yang tidak akan
melenceng dari beliau.
Jangan
terburu-buru, dan berhati-hatilah! Tetaplah yakin bahwa Allah senantiasa
beserta kita.
Reference :
Al-Qur’an
Tafsir singkat
Al-Qur’an Jemaat Ahmadiyah Indonesia
Buku Malfuzat; kutipan sabda-sabda Hadhrat Masih Mau'ud a.s.
Said Ahmad
No comments:
Post a Comment