Cerita IP di akhir semester, dosen beda, kelas beda, nilai beda.
Akhir semester adalah waktu dimana mahasiswa meluapkan kebahagiaannya. Ada yang berencana untuk liburan, pulang kampung, atau meluapkan kebahagiaan hasil jerih payah, penat, dan kesibukan dengan kegiatan lainnya. Akan tetapi, ada satu hal yang masih menjadikan hati para mahasiswa menjadi gelisah. Hal tersebut adalah IP dan IPK yang akan dikeluarkan oleh dosen. (Untuk temen-temen yang masih siswa kalo blom tau IP dan IPK, IP dan IPK adalah ... cari tau sendiri dari sumber mana saja, orang tua, kakak, guru, google, dll, bebas). IP dan IPK tampak seperti penimbangan amalan apakah kamu masuk surga atau neraka, hanya untuk orang yang merasa seperti itu.
Temen-temen mungkin merasakan. Dalam mata kuliah yang sama, kelas yang berbeda, dosennya juga berbeda, nilai yang diberikan jauh berbeda. Biasanya dalam grup angkatan begitu (kalau ada), pada hari dikeluarkannya nilai, se angkatan saling menanyakan nilai satu sama lain. "Aku matkul fisika dasar B, kamu apa?" lalu ada yang menjawab, "Aku kok C ya? Padahal aku mengerjakan tugas terus lho, ujian juga bisa. Pak/Bu Fulan/Fulanah gimana sih? Nggak objektif banget!" Iya ngga? Seakan-akan dosen itu subjektif dalam menilai.
IPK ataupun nilai di dalam perguruan tinggi itu tampak subjektif. Terserah dosen. Seolah-olah dosen adalah dewa. Walaupun kamu sangat berprestasi sampai di tingkat internasional mungkin, kalau dosen memberi nilai C, ya tetap C. Menurut teman-teman, apakah nilai itu idealnya diberikan secara objektif atau subjektif? Mari dipertimbangkan baik-baik.
Apa pendapat teman-teman bahwa nilai itu idealnya subjektif, bukan objektif? Ya, IPK itu memang seharusnya subjektif, karena :
Menilai adalah subjektif. Setiap orang dalam menilai sesuatu itu relatif, ngga sama. Contohnya, "si X menurutmu gimana?" Y menjawab, "X itu baik-baik aja". Ada si Z menjawab, "X memang baik tp dia males". Jadi memberikan nilai bukanlah sebuah objektifitas. Tapi yang menjadi soal, nilai tersebut dinyatakan dalam angka atau huruf. Dan IP atau IPK tidak lain adalah sebuah nilai walaupun singkatannya adalah Indeks Prestasi.
Di Indonesia, idealnya Dosen adalah orang yang sudah mendedikasikan dirinya untuk mengabdi. Oleh karena itu subjektifitas dosen berfungsi untuk mendidik para mahasiswanya untuk menjadi orang yang berpendidikan. Tidak sebatas jago di mata kuliah, tapi juga dalam hal lain seperti sikap, perilaku, hubungan sosial, dll.
Oleh karena itu, di perguruan tinggi terutama di Indonesia, berbaiklah terhadap dosen, ikutilah program belajar-mengajar, berprestasi plus bagus, bertemanlah dengan baik, tetap berada dalam tujuan utama kamu masuk perguruan tinggi, karena pendidikan tidak sekedar jago dalam mata kuliah. (Kalo pesannya ngga baik, jangan diikutin).
Karena kuliah itu ajang penjelajahan, bukan balapan. Belajar itu soal petualangan, bukan kecepatan (Thiwul, 22 Juni 2017 16:18 GMT+7).
No comments:
Post a Comment